A.
Pengertian
Pengelolaan Kelas
Ahmad
(1995:1) menyatakan Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Pengelolaan kelas
merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara
sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan
sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi
proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
Made
Pidarta (dalam Djamarah, 2005:172) Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan
penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Guru
bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas,
sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada
tugas-tugas individual. Sudirman (dalam Djamarah 2006:172) Pengelolaan kelas
merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Kelas mempunyai peranan dan
fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksiedukatif, agar
memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas
harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.
(Mulyasa 2006:91) Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi
gangguan dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah
2006:177) Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) Manajemen atau
pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan
potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap
personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah. Arikunto
(dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang
membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar yang seperti diharapkan. Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu
pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat
pelajaran).
Berdasar
pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas
merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara
sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan
ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan
dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.
A.
Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut
Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1) Mewujudkan situasi dan kondisi
kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang
dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas
serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
|
C. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas
dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.
(Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi,
pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing
menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan
sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis,
intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana
lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan
sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin
banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung
lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas
cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil
masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan prinsip-prinsip
pengelolaan kelas sebagai berikut.
1)
Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar
mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan
antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2)
Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan
yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3) Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola
interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan,
meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4) Keluwesan
|
gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak
mengerjakan tugas dan sebagainya.
1) Penekanan
pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada
hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang
dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli
tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang
dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
2) Penanaman
disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin
dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
D.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengelolaan Kelas
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengelolaan kelas antara lain :
1)
Kurikulum
|
Sekolah
yang kurikulumnya dirancangkan secara tradisional akan mengakibatkan aktivitas
kelas berlangsung secara statis. Kurikulum tradisional diartikan sebagai
sejumlah materi pengetahuan dan kebudayaan hasil masa lalu yang harus dikuasai
murid untuk mencapai suatu tingkat tertentu, yang dinyatakan dengan ketentuan
kenaikan kelas atau pemberian ijazah kepada murid tersebut. Di dalam kurikulum
seperti itu mata pelajaran diberikan secara terpisah-pisah (subject certerd
curriculum) yang pada umumnya bersifat intelektualistis. Sekolah yang
diselenggarkan dengan kurikulum modern pada dasarnya akan mampu
menyelenggarakan kegiatan kelas yang bersifat dinamis. Kurikulum modern
diartikan sebagai semua kegiatan yang berpengaruh pada pembentukan pribadi
murid, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas/sekolah, termasuk di
dalamnya lingkungan sekitar yang bersifat non edukatif seperti warung sekolah,
pesuruh, kondisi bangunan dan sarana sekolah lainnya.
1)
Bangunan
dan Sarana
Perencanaan
dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan
luas setiap ruangan, letak dan dekorasi nya yang harus disesuaikan dengan
kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah
sedangkan ruang/gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam
mengatur pendayagunaan ruang/gedung yang tersedia berdasarkan kurikulum yang
dipergunakan. Sekolah yang mempergunakan kurikulum tradisional pengaturan
ruangan bersifat sederhana karena kegiatan belajar mengajar diselenggarakan di
kelas yang tatap untuk sejumlah murid yang sama tingkatannya.
Setelah
sebuah gedung sekolah berdiri diperlukan sarana belajar mengajar yang
dapat menunjang efisiensi perwujudan kurikulum/program sekolah atau kelas
perlengkapan minimal bagi sebuah sekolah yang mempergunakan salah satu bentuk
kurikulum tersebut di atas adalah meja dan kuris murid. Meja dan kuris guru,
papan tulis dan kapur tulis. Selanjutnya bagi sekolah yang mempergunakan
kurikulum tradisional dan kurikulum gabungan (tradisional dan modern)
sekurang-kurangnya diperlukan sejumlah alat peraga sedang bagi sekolah yang
mempergunakan kurikulum modern diperlukan saran yang lebih banyak lagi sesuai
dengan jenis program yang menjadi tanggung jawabnya.
1)
Guru
Program
kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu
peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan
diantara murid-murid suatu kelas . secara etimologi atau dalam arti sempit guru
yang berkewajiban mewujudkan suatu program kelas adalah orang yang kerjanya
mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Secara lebih luas
guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan
masing-masing. Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri
di depan kels untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi
adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kratif
dalam mengarahkan perkembangan akan didik nya. Untuk menjadi anggota masyarakat
sebagai orang dewasa.
Setiap
guru harus memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara
bertindak dan berbuat dalam menunaikan pekerjaan sehari-hari di sekolah maupun
di kelas. Pengetahuan dan pemahamannya tentang kompetensi guru akan mendasari
pola kegiatannya dalam menunaikan profesi sebagai guru. Kompetensi guru yang
dimaksud antara lain mengenai kompetensi-komptensi pribadi, kompetensi profesi
dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi itu berkenaan dengan kemampuan dasar
teknis edukatif dan administratif sebagai berikut:
Ø Penguasaan
bahan
Ø Pengelolaan
program belajar mengajar
Ø Mengelola
kelas
Ø Penggunaan
media/sumber
Ø Mampu
mengelola dan mempergunakan intraksi belajar mengajar
Ø Memiliki
kemampuan melakukan penilaian prestasi belajar siswa secara obyektif.
Ø Memahami
fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
|
Guru yang memahami kedudukan dan
fungsinya sebagai pendidik profesional, selalu terdorong untuk tumbuh dan
berkembang sebagai perwujudan perasaan dan sikap tidak puas terhadap pendidik
persiapan yang telah diterimanya. Dan sebagai pernyataan dari kesadarannya
terhadap perkembangan dan kemajuan bidang tugasnya yang harus diikuti, sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1)
Murid
Murid
merupakan potensi kelas yang harus dimanfaatkan guru dalam mewujudkan proses
belajar mengajar yang efektif. Murid adalah anak-anak yang sedang tumbuh dan
berkembang baik secara fisik maupun psikologis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikannya melalui lembaga pendidikan formal, khusus nya berupa sekolah.
Murid
sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan yang sangat penting artinya
bagi terciptanya situasi kelas yang dinamis. Setiap murid harus memiliki
perasaan diterima (membership) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam
kegiatan kelas.
Kelas
merupakan unit tersendiri yang pengelolaannya secara maksimal harus
dilakukan dengan mengikutsertakan murid. Pengelolaan kelas yang berhasil akan
menumbuhkan kebanggaan kelas sehingga meningkatkan rasa solidaritas dan
keinginan untuk ikut berpartisipasi di kalangan murid di kelas tersebut.
2)
Dinamika
Kelas
Kelas
adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap
wali/guru kelas untuk kepentingan murid dalam kependidikannya. Dinamika kelas
pada dasarnya berarti kondisi kelas. Yang meliputi dorongan untuk aktif secara
terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan inisiatif murid sebagai suatu
kelompok.
Dinamika
kelas dipengaruhi oleh cara wali/guru kelas menerapkan administrasi pendidikan
dan kepemimpinan pendidikan serta dalam mempergunakan pendekatan pengelolaan
kelas, penerapan kegiatan itu antara lain sebagai berikut :
a.
|
Pengelolaan kelas
memerlukan tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
koordinasi, komunikasi dan kontrol sebagai langkah-langkah kegiatan management
admnistratif.
a. Kegiatan
operatif management kelas
Kegiatan management
administratif kelas harus ditunjang dengan kegiatan management operatif agar
seluruh program kelas berlangsung efektif bagi pencapaian tujuan. Kegiatan
management operatif kelas meliputi :
Ø Tata
usaha kelas
Ø Kegiatan
Pembekalan kelas
Ø Kegiatan
keuangan kelas
Ø Kegiatan
pembinaan personal atau kepegawaian dikelas.
Ø Humas
dilingkungannya kelas
b. Kepemimpinan
wali/guru kelas
Dinamika kelas
dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan wali atau guru kelas, untuk itu
kepemimpinan diartikan sebagai proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi,
atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain.
Tiga bentuk
kepemimpinan mungkin diwujudkan wali/guru kelas dalam usaha menggerakkan
personal di lingkungan kelas masing-masing adalah :
Ø Wali
atau guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat otoriter
Ø Wali
atau guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat laissez faire
Ø Wali
atau guru kelas sebagai pemimpin yang bersifat demokratif
E.
Pendekatan
Dalam Pengelolaan Kelas
Seorang wali atau guru kelas harus mampu menetapkan
pilihan yang tepat dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan pengelolaan kelas
yang efektif. Untuk memperjelas masalah pendekatan yang akan dipergunakan itu,
di bawah ini akan diketengahkan beberapa alternatif yang dapat dipilih
diantaranya :
1)
Pendekatan
Kekuasaan
Ciri yang utama pada pendekatan ini adalah ketaatan
pada aturn yang melekat pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan
ancaman, sanksi, hukuman dan bentuk disiplin yang ketat dan kaku.
1)
Pendekatan
Kebebasan
Pengelolaan kelas bukan membiarkan anak belajar
dengan bebas tanpa batas tetapi memberikan suasana dan kondisi belajar yang
memungkinkan anak merasa merdeka, bebas, nyaman, penuh tantangan dan harapan
dalam melakukan belajar.
2)
Pendekatan
Keseimbangan Peran
Pendekatan ini dilakukan dengan member seperangkat
aturan yang disepakati guru dan murid. Isi aturan berkaitan dengan apa yang
harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah
atau situasi yang terjadi di kelas dan aturan yang boleh dan tidak boleh
dilakukan murid selama belajar.
3) Pendekatan Pengajaran
Pendekatan
ini menghendaki lahirnya peran guru untuk mencegah dan menghentikan tingkah
laku anak didik yang kurang menguntungkan proses pembelajaran. Peranan guru
adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
4) Pendekatan Suasana Emosi dan Sosial
Goleman (1995) dalam hasil penelitiannya menyebutkan
bahwa belajar tanpa keterlibatan emosional dan kegiatan saraf, kurang dari yang
dibutuhkan untuk merekatkan pelajaran dalam ingatan. Menurut pendekatan ini
pengelolaan kelas merupakan proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan
hubungan social yang positif dalam kelas. Suasana hati yang saling mencintai
antar guru dan murid-murid penting dalam menciptakan hubungan social
pembelajaran.
5) Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam
pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar
tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat
mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi
masalah-masalah pengelolaan.
6) Pendekatan Elektis atau Pluralistik
|
suatu
situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus
mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis
disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara
bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya
untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses
belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
F. Komponen-komponen Pengelolaan Kelas
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada
umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang
optimal (Djamarah 2006:186).
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal terdiri dari keterampilan sikap
tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian kelompok. Keterampilan suka
tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerakan
mendekat, memberi pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap gangguan dan
ketakacuhan. Keterampilan memberi perhatian adalah dengan cara visual dan
verbal. Tetapi memberi tanda, penghentian jawaban, pengarahan dan petunjuk yang
jelas, penghentian penguatan, kelancaran dan percepatan, merupakan sub bagian
dari ketrampilan pemusatan perhatian kelompok.
Masalah modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan
masalahkelompok, dan menemukan serta memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah, adalah tiga buah strategi yang termasuk ke dalam ruang lingkup
ketrampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar